Sabtu, 17 Desember 2011

TANDA JALAN MENUJU LANGIT



Sungguhpun pagi mengutus musim, Langit dan cahaya matahari seolah menyatu dilaut tanpa pantai. Seekor elang hinggap di reruntuhan awan, mengikuti angin yang telah lama bergantung tanpa ikatan, Dunia tersembunyi dalam jenis yang berbeda. elang dengan dada terbuka membebaskan keluhan, membiarkan pikirannya berjalan merdeka, mabuk ingin menyerupai kehendak berarak-arak.

Dia tidak akan menjatuhkan dirinya lagi ke atas tanah, dan tidak juga akan menutupi kepalanya dengan mahkota, karena dia telah lama membungkuk dengan rendah ke sisi hatinya. Sejak Pengembaraan itu dimulai, semuanya adalah kehidupan Kekasihnya dan dirinya bukan eksistensi lagi.

Kepaknya tidak bersarang dengan jejak tidak bertanda, melayang mengurai puncak, berayun-alun di atas sukma.

Rasa menepis buih berjulang datar, naik ke ubun-ubun hentikan benak menyeruak corak, elang diatas samawi bertentu tuju, melenakan hati menyadarkan rasa, mengikuti tanda yang diucapkan cakrawala, lalu elang purna, senyap, punah rupa pada Esa.





berayun-alun di atas sukma

Tidak ada komentar: