Minggu, 25 Desember 2011

SATU ALINEA YANG RUMPANG




Diam...!!...diamlah sejenak...! Tidakkah keterlaluan bagimu,
jika engkau tidak mampu menahannya! karamkanlah jiwaku dalam tafakur, rasakan tiap mili, tiap jengkal, dengan perlahan rasa yang mengalir pada tubuhku hingga raga ini menjadi utuh dan mengerti jika diri bagian dari kalimatmu yang rumpang. Ataukah harus menjadi Anaphora terlebih dahulu agar yakini jika satu alinea yang ku tulis menyerupai roh.
aku tak akan mengundang burung gagak untuk mabuk dan menghafal bersama lalu mengatakan rahasiaku karena engkau telah meragukanku saat Engkau membiarkan diriku asing pada wujud sendiri sefasih engkau menarikan tarian hampa ini.

“jangan..jangan..” sembunyikan wajahmu, tiupkanlah lagumu meski bukan sangkakala, langit akan memahami keterpisahan dan jarak pada satu pintu awan
“jika engkau telah tinggal di rumah hati.”
Tapi bukankah kita tidak seharusnya menangisi takdir seperti yang selalu kau katakan, jiwa bukan pasifisme yang murung karena dunia ini hanyalah lambang-lambang dari tanda-tanda tapi kau tahu jika alenia tubuhmu lebih suka menyeru kefitrian.







Anaphora kata jiwa

Tidak ada komentar: