Minggu, 11 Desember 2011

PEREMPUAN SEPARUH BAYANG













Jauhari tertampung kandung ketika Mata perempuan itu terpaut pada taman yang setengahnya disinari rembulan, matahari tengah hanyut dari langit menyuruk diantara awan yang terbelah menunggu dua persaksian, di rindang pohon ketetapan. kerinduannya telah purba terhadap sosok kemanusiaan, namun terdampar entah dimana.

Dengan kepala yang sedikit merunduk, di sudut matanya bulir-bulir air mata itu tampak gemerlapan, memberikan kesaksian jika ada yang sedang dipikirkan, ia merasa sedikit lebih tenang saat air matanya mengalir, dia rasakan aliran air itu hingga menyentuh sudut bibirnya yang dulu indah. airmata itu tidak mungkin terancam kekeringan bahkan pudar daya fantastiknya walau keriput menjadi lintasan di setiap jengkal wajahnya tetapi di kepalanya ada sesuatu ketegangan yang mengambang, apa karena penyebabnya terlalu rasional beranggapan, hingga mudahnya kirana memburam dan begitu mudahnya hati menggelar luka, hingga Tak hentinya kenikmatan dengan derita Memberi janji yang tak ditepati.

Perempuan itu tubuhnya tak pernah sebebas kata-kata namun dalam kamar yang berterali pun, ia tidak merasakan kebencian, Hari ini waktu telah jadikan sakit dan tubuhnya terkulai lemah di barak-barak langit hingga berjelai-jelai sudah rambut beruntai dan kirjah menutup bertirai-tirai. dia telah sadari Jika bukan karena cinta ruhnya takkan sesat dipadang terbuka, namun kenapa hidup sampai begitu lama?.

tidak ada kejelasan atas jiwanya yang tak kunjung bisa membujuk Bumi walau dia telah buang jauh untuk tidak menuntut kelahiran, ataupun tidak meminta dirinya di hantarkan memanjat langit mengetuk sebuah pintu rela untuk mengambil satu bintang.

Hatinya lama sudah tak bersulam firman atau sekedar bersenda gurau dalam doa, karena jiwanya beranggapan jika doa itu ada hanya sekedar untuk menggugat Tuhan.
Cukuplah dengan nafas menjadi mukjizat yang disandang
, langkah kakinya dan derita yang dikandung jadi doa serta renta tubuhnya yang pasti tulus memperingatkannya Kalau usia hanya batas pengabdian.










saat engkau bersenda
gurau dalam doa

Tidak ada komentar: