Selasa, 29 November 2011

BERCERMIN DIATAS OMBAK

Walau camar tak tergantung lagi pada laut namun sayap tak untuk menukik dan melesat karena jauh di pedalaman hutan telah menunggu bebatuan. air laut surut, daun jamiz terayun apung di lubang batu karang. berhentilah berenang..! Ruh mau bercakap padamu dalam perahu yang tiada berlaut, tapi bukan karena Kesedihanmu yang timbulkan dua garis yaitu keluhan dan kegelisahan itu.
Biarkanlah pikiran pergi, Tutuplah telinga, kemudian dengar! Tidak,,,,,!!
sebaiknya hatimu tak bercerita engkau masih dalam musim semi, tak dapat melihat musim panas seakan enggan melakukan atas kegusaran anonim. Bagaimana rasa akan mempercayai hati ketika riwayat diri timbul tenggelam walau Engkau jiwa yang kupuja,,,
Haruskah engkau seperti perempuan-perempuan yang berbaris di cakrawala yang selalu bercermin di atas ombak dan mengungkapkan rasa tidak puas dengan diagnose diagnose yang kabur, dan tak mengingat Jalan kedatangannya, hanya Angin muson yang membawa bau baju mereka walau hanya ingin memberimu sebuah tanda. Jika Rambutnya gugur di bulan purnama
.























dialog malam,
jangan percayai aku,
karena dengan itu kau akan tahu siapa diriku 2009

Tidak ada komentar: