Minggu, 28 Februari 2010

satu ayat saja

haruskah
kutulis dengan getah zaitun
agar dapat
terbaca
satu ayat saja
Satu saja,Bukan untuk dua
Namun aku telah mendua

Lalu sunyi
akupun sendiri
apakah dari tuhan yang akan kurindukan,asma,ciptaannya
atau hidup yang tak mati

cintakah aku

Takut atau cintakah aku pada daya iradat yang mutlak?
Hati dan perasaan takut lebih mempengaruhi ketimbang rasa cinta.

biarlah
jiwa dapat bercengkrama dengan keyakinan,
bahwa penciptaan alam semesta adalah pernyataan cinta kasihmu
merealisir kesucian batin dalam perjalanan menuju kedekatan dengan Allah,

dari Allah dan akan kembali kepadanya

seberapa ingat

Seberapa ingatkah diri dalam 24 jam kepada cintamu
atau lupakah bahwa diri ini adalah bagian dari takdir,

Ingatan ini tersita oleh rutinitasku yang telah memasuki labirin angan
angan.

Nafas yang
selalu kita hembuskan,desir darah yang mengalir,dan jantung yang senantiasa
berdetak…. bukti cintamu yang tak pernah sedetikpun melupakan aku.

karena dialah yang
menidurkan di malam hari dan dia mengetahui apa yang dikerjakan di siang hari,
kemudian dia membangunkan pada siang hari dan kemudian kepadamulah diri kembali.

NIKMATMU

air yg mengalir di tenggorokanku, buah yang kutelan, udara yang kuhirup tanpa beban, dan mudahnya engkau bukakan pintu-pintu rezki untukku

itu nikmat yang kutahu

namun Sudah seberapa dekat aku dengan engkau cinta sampai aku meminta engkau untuk memberikan yang terbaik untuk diriku?

Aku malu ...aku hanya bisa meminta,merengek jika tidak keturutan

Namun Aku masih ingin bercengkrama denganmu

“Ya Allah, tidak ada kenikmatan yang Engkau berikan kepada kami atau kepada orang lain dari hamba-hamba-MU dan makhluk lainnya, kecuali semuanya berasal dari-MU semata, tidak ada sekutu bagi-Mu, maka segala puji hanya milik-MU dan Syukur hanya untuk-MU".

surat kepada Allah

Bukalah hatiku,
Biarkanlah KuRasakan pada tubuh ini indahnya dibelai lembut desir angin cinta.
Ya..Rabb
Bukalah hatiku,
Agar Nikmati dengan kesadaran dekapan hangat kasih sayangmu.
Ya..Sirr
Bukalah hatiku,
Agar tetap ada rasa manisnya persahabatan hingga tetes penghabisan.
Dan, bukalah hatiku,
temukan hati terbaik dalam Mengarungi bahtera kehidupan,
dan dengarkan tutur kisah pengalaman, Seumpama Khidir bagi Musa saat dibalur kegelapan.
Ya Allah
Biarkan Hatiku
tetap sejuk dan suci dan senantiasa disinari oleh ruh keikhlasan dan Ketulusan dalam berbakti, berbuat, dan beramal.
Allahhu Akbar….. Allahhu Akbar….. Allahhu Akbar

bisakah aku mencintai


bisakah aku mencintai tanpa kutahu wajahmu
engkau
rahasia yang tak terungkapkan.
karena Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang.
Walaupun sebenarnya cinta mengatasi ruang.

Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakekat,
Tapi aku mencarinya di dalam kenampakan.
bodohnya aku

Sabtu, 27 Februari 2010

PEREMPUAN SHURGA

Perempuan-perempuan shurga
Air mata membingkai jiwanya
Pada selaksa sujud dalam hari-harinya
Karena…………..
Hidupnya bukan permohonan
Namun kepastian yang dijalani

Perempuan shurga
Hanya menjadi, tidak membuat
Ada jika diberi, tidak untuk meminta

Lalu siapakah hati?
Terasa memiliki namun tiada

2004

Jumat, 26 Februari 2010

Bukan Untuk Dimiliki ( dari kisah - kisah sahabat )





Hari kemaren aku tertidur pada jiwaku
Mendengar dongeng Tuhan tentang napas dan cinta
Lalu aku hembuskan desahan pertama
Dengan tetes air mata cakrawala yang tak berakhir

Kupejamkan mata sebanyak yang Ku bisa
Agar selalu kurasakan cintamu
Dan merahasiakannya dari orang-orang yang kutemui

Akupun terlelap
Kasih,
Sungguh teramat dalam lautan tidur
Betapa jauh jarak pagi hari dipelukan itu

Ingin kupinjam hatimu, walau tak ingin kumiliki
Karena aku tahu jika ku miliki, aku tak dapat menuntutnya

PELANGI Qalbu

Aku pelangi tak berwarna
Memutih buih, bercahaya perak
Beribukan awan berebut datang
Mencari hati yang hilang

Bukankah jiwa semestinya berwarna ?

Aku pelangi itu,
Membuat titian bidadari ,Membungkus mentari
Sayap malaikat mengepak hati menarikan tarian betari
Menapaki hati mencapai surgawi

Kamis, 25 Februari 2010

Pluralitas


Pluralitas



Prilaku manusia dengan segala rasionalitas di muka Bumi gambaran seni yang di ciptakan tuhan paling indah. Satu Kehidupan plural senantiasa berubah namun dengan simbolisme kehidupan yang sama. Artinya hanya melalui kisah, tindakan manusia akan menjadi sejarah. Sekalipun setiap orang memulai dari dirinya sendiri memasukkan kedalam budaya manusia, namun tak seorangpun menghasilkan kisah hidupnya sendiri tanpa peran orang lain.

Konsepsi Budaya dalam kerangka makna, identitas, dan nilai yang terkandung adalah wahana sebagai warga negara dalam hidup bersama, dalam pluralitas Bangsa yang majemuk. Hal ini terefleksi pada kondisi, pengalaman kita dewasa ini yang teramat memprihatinkan atas kepasifan, ketidak kritisan kita, serta keberanian tanpa pemikiran, kegalauan tanpa harapan, persekongkolan dengan kemunafikan, serta peng-atasnamaan kebenaran untuk menghalalkan kekerasan. Kristalisasi prilaku ini amatlah berbahaya, karena teror adalah bentuk Rezimnya, bentuk ini akan kian jelas melalui proses sejarah. Kebebasan diartikan sebagai kerangka konfrontasi dengan segala sesuatu di sekitarnya, kebebasan tidak lagi diartikan sebagai kemampuan mengontrol dan mengatasi diri dan alam.
Ruang publik dipilih sebagai ajang pemenuhan kebutuhan, politik juga menjadi sasaran yang paling baik untuk dijadikan ladang atau mata pencaharian utama. Jangan heran jika kemudian orang mempertahankan Visi, Misi, dan keprihatinan hidup sebagai alasan pembenarannya. Dalam situasi seperti ini, jangan bertanya tentang politik yang santun, karena sindrom yang menyertai politikus tingkat ini mudah terlibat, politik partisan demi penggalangan dukungan, KKN, sekuat tenaga mempertahankan posisi, bahkan jika perlu membayar kebohongan dan kekerasan. Bukankah idealnya politik didalamnya terkandung kebebasan, kesetaraan, keadilan, dan solidaritas. Walau pada kenyataannya pertimbangan implikasi sosial budaya sering kali hanya menjadi pemanis bibir saja.
Sikap ini juga menghapus dan menjungkir balikkan antara kewajiban sebagai warga dan kepentingan pribadi, golongan, sehingga memunculkan kecenderungan primordialisme dan sektarianisme Pengelompokan berdasarkan etnis, suku, daerah, dan agama, hingga melupakan dan menghilangkan keprihatinan terhadap dunia bersama.
ini adalah kencenderungan bentuk penolakan terhadap kondisi pluralitas manusia.
Totaliterisme muncul karena ketidak berdayaan suatu sistem sehingga kelompok atau Rezim akan dengan mudah menggunakan kebohongan dan kekerasan sebagai kuda Troya untuk mencapai tujuan.
Ini mereduksi sebuah tindakan menjadi hasil karya, politik adalah rekayasa, politik identik dengan hasil- hasil produksi yang kemudian segera dilempar kepasar yaitu Masyarakat. Dan sudah barang tentu setiap tindakan ini bisa menjadi pemicu sejumlah tindakan lain dan rangkaian reaksi yang tidak terbatas.
Ketegangan dan konflik politik yang berakar dari kecurigaan antar kelompok, orang sulit menerima perbedaan, polemik dengan akhir kekerasan dan demagogie, jika sudah begini komunikasi tak lagi mengalir. Kekuasaan hanya dicari untuk kepentingan Ekonomi. kemudian Mencari siapa yang bertanggung jawab atas karya menjadi sulit teridentifikasi dan diperhitungkan, juga menjadi letak kesulitan mengusut kejahatan dan korupsi yang dilakukan person atau suatu Rezim.
Dialog adalah salah satu faktor terbukanya kisah, karena dengan kisah tindakan dapat menjadi sejarah dan kisah tak bisa lepas dari Dialog. Tindakan bisu bukan lagi merupakan tindakan karena tanpa Dialog Demokrasi dikosongkan dari isinya dan berarti adalah kekerasan.
Sayangnya hasil karya yang seperti ini tidak dapat dikembalikan dari nol. Seseorang menciptakan patung atau hasil karya seni yang lain, bila keliru bisa dihancurkan atau dibuat kembali. Ini tidak mungkin, hasil cipta atau karya ini terjadi di dalam jaringan interaksi sosial yang sudah ada.
Karena mengampuni berarti melihat kebelakang yang telah terjadi dan melepas pelaku dari kesalahan, atau mengakhiri masa lalu, namun hal ini kian memperlihatkan ketidakmampuan suatu sistem untuk mengembalikan pada posisi awal.
Namun setiap hasil karya pasti meninggalkan jejak sejelek apapun hasil karya tersebut yaitu berupa monumen atau dokumen.

Saat dalam senyap
(dari perjalanan ke abadian)

Jika dengan ucap sudah tak bisa
Dengan gerak kan kukatakan
Kalau dengan suara terhenti
Pikiran akan menyusuri senyap

Tubuh timbunanan kata-kata

gemeretak sendi,
Kidung desir darah nyaring terdengar
Mendekap senyap
Jantungpun tak berkata,
nafas hanya sepenggalahan

walau semua tak bersuara
Aku masih ingin bercengkrama denganmu
Namun
Siapa yang Senantiasa berdhikir menembus ke abadian
Bagai Aku

sunyi



Anganku timbul dan tenggelam,.
Engkau muncul
aku tak dapat mengaturmu
engkau pikiranku
mengapa mengapung dengan sendirinya
apakah aku terperangkap pada baik dan burukku

aku telah menjadi penilai nomer wahid ya…cinta

membuat hati mengelegak ,
membuat sedikit air mata terbersit.
Kadang ku tersenyum sendiri

Pada sepertiga malam ini aku ingin sunyi
Jika aku jatuh hati dan Jika Kau halalkan aku merindui kekasih
Jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh.
hingga keputusan di padang Mahsyar nanti ...
Dirumah hati
(Dari wacana hati)



Benarkah engkau cinta
Ini hanya egoku dan egomu
Cinta tak ada
Hanya rindu yang di punya
Eluslah aku dengan kelembutanmu
Biar terasa
Karena kutakut akan hilang
Bukan yang kau miliki
Tapi
Hati yang ku punya
Perasaan ini telah berjalan sendiri
Dalam Rumah qalbu
Lalu
hanya
Sunyi




Do’ a
(Dari subuh kumulai cinta)


Ketika engkau panggil aku cinta
Perasaan mengalir
Membuat Mozaik

Dzikir Hati terangkai

Ku tuturkan Pada do’a
Dalam sujudku
Alangkah dekat norma surga itu






Aku Ucapkan Cinta
(ketika engkau ungkapkan rahasia hati)


Bicaralah,
Dari sebagian kata yang kita punya
Bukankah engkau ingin mendengar
Yang kuucapkan,
bukan yang kukatakan

Karena engkau tak akan menemukan kesempurnaan itu
Sesempurna yang Tuhan miliki
yang aku bisa hanya ucapkan cinta